Pendidikan
adalah aspek universal yang mempunyai
tujuan instruksional sebagai tujuan yang menggambarkan pengetahuan, kemampuan,
dan sikap yang harus dimiliki oleh peserta didik sebagai akibat dari hasil
pembelajaran yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku (behavior) yang dapat
diamati dan diukur, yang selalu harus ada dalam kehidupan manusia. Tanpa adanya
pendidikan manusia tidak akan pernah mendapatkan kebudayaan, jika tanpa
kebudayaan, kehidupan manusia tentu tidak akan mengarah kepada kehidupan
statis, namun akan hidup secara dinamis, bahkan bisa mengalami kemunduran yang
berujung pada kepunahan. Oleh karena itu, pendidikan merupakan suatu fakta yang
tidak dapat terbantahkan dan sangat berpengaruh bagi kehidupan manusia.
Esensi pendidikan itu sendiri adalah
bagaimana cara kita untuk menciptakan sebuah kehidupan yang lebih baik yang
tercipta dari proses pendidikan yang konseptual
dan mampu menyerap aspirasi zaman modern ini dengan tepat dan sesuai. Dari
sekian banyak teory yang dikeluarkan oleh para ilmuwan dan teoretikus
pendidikan, tentu saja akan terjadi falsifikasi teory yang menuntut kearifan
untuk menilai dan mengimplikasikannya serta menggunakannya. Dari kebanyakan
teory tersebut, kita tidak usah bingung dengan metode dan model apa yang akan
kita gunakan tapi pikirkanlah bagaimana cara kita untuk menyampaikan materi
dengan baik dan dapat dipahami oleh para pesrerta didik.
Seiring berjalannya waktu dan
semakin pesatnya tingkat intelektual manusia, dimensi – dimensi pendidikan pun
menjadi semakin kompleks dan tentu membutuhkan sebuah desain pendidikan yang
tepat dan sesuai dengan kondisinya. Oleh karena itulah berbagai teory, metode,
dan desain pembelajaran ( teory - teory Pembelajaran ) itu pun dibuat dan
diciptakan yang bertujuan untuk mengapresiasikan keberagaman pendidikan manusia
yang semakin intelektual dalam berpikir.
Pengertian dan Prinsip Belajar
- Pengertian belajar
Mendengar
kata belajar biasanya terkait dengan kata sekolah. Padahal seharusnya belajar
tidak harus dibatasi dengan sekolah, belajar dapat terjadi di mana-mana, kapan
saja dan apa saja.
Dalam
pengertian yang sangat luas, Anita E.
Woolfolk menegaskan bahwa belajar terjadi ketika pengalaman menyebabkan
suatu perubahan pengetahuan dan perilaku yang relative permanent pada individu.
Abin Syamsudin mendefinisikan
bahwa belajar adalah perbuatan yang menghasilkan perubahan perilaku dan
pribadi.
Dari
semua definisi, sebenarnya ada empat kata kunci di balik definisi kata belajar,
yaitu perubahan, pengetahuan, perilaku-pribadi, pemanen, dan pengalaman. Jika
dirumuskan secara komperhensif bahwa belajar merupakan aktivitas dan pengalaman
yang menghasilkan perubahan pengetahuan, perilaku dan pribadi yang bersifat
permanen. Perubahan itu dapat bersifat penambahan atau pengayaan pengetahuan,
perilaku atau kepribadian. Mungkin juga dapat bersifat pengurangan atau reduksi
pengetahuan, perilaku atau kepribadian yang tidak dikehendaki.
Di
samping itu ada sejumlah karakteristik perbuatan belajar yang perlu diketahui,
yang pertama perubahan yang terjadi harus bertujuan intensional, kedua
perubahan itu bersifat positif, ketiga perubahan itu harus benar-benar hasil
pengalaman, dan yang keempat perubahan itu bersifat efektif. Pada dasarnya
kalau lebih dispesifikasikan, bahwa perubahan yang dihasilkan dari belajar itu
adalah pengetahuan atau perilaku atau pribadi individu.
- Prinsip belajar
Prinsip belajar adalah
konsep-konsep yang harus diterapkan didalam proses belajar mengajar . Seorang
guru akan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik apabila ia dapat menerapkan
cara mengajar yang sesuai dengan prinsip-prinsip orang belajar. Dengan kata
lain supaya dapat mengotrol sendiri apakah tugas-tugas mengajar yang
dilakukannya telah sesuai dengan prinsip-prinsip belajar maka guru perlu
memahami prinisp-prinsip belajar itu.
Ada
banyak teori-teori belajar, setiap teori memiliki konsep atau prinsip sendiri
tentang belajar dan pembelajaran . Berdasarkan perbedaan sudat pandang ini maka
tercipta bermacam – macam teori belajar yang di antaranya adalah teory
Behaviorisme, Kognitivisme, Konstuktivisme, dan Humanisme
A. Teory Belajar Behaviorisme
Teory
belajar behaviorisme mempunyai landasan dasar belajar pada perubahan –
perubahan tingkah laku yang bisa diamati dan memfokuskan diri pada sebuah pola
perilaku baru yang diulangi sampai ia menjadi pola perilaku yang automatis.
Menurut
kelompok teori behaviorisme seperti: ivan
pavlov dan skuinnes
beranggapan bahwa manusia sangat dipengaruhi oleh kejadian-kejadian di dalam
lingkungannya yang akan memberikan pengalaman-pengalaman belajar baru. Teori
behaviorisme ini sangat menekankan pada apa yang dapat dilihat yaitu tingkah
laku dan tidak memperhatikan apa yang terjadi di dalam fikiran manusia itu
karena sebagai akibat dari rangsangan yang diterapkan lingkungan kepada peserta
didik yang merupakan kebiasaan yang harus dipelajari.
Behaviorisme
merupakan salah satu cara materi pembelajaran psikologi tentang hakokat belajar
yang terbagi menjadi 3 materi pokok pembelajaran yakni : (1) teori Responded conditioning, (2) Operant Conditioning, dan (3) Observational
Learning.
1. Teori Responded Conditioning
Teori
belajar Responded Conditioning
diperkenalakan oleh ivan pavlov,
yang didasarkan pada pemikiran bahwa perilaku atau tingkah laku merupakan
respon yang dapat diamati dan diramalkan. Guy. R. Lefrancola menjelaskan
bahwa pada kondisi tertentu (stimuli atau rangsangan) dapat mempengaruhi
individu dan membawanya ke arah perilaku yang diharapkan. Keterpakuannya pada
perilaku yang aktual dan dapat diamati menjadikan teri ini masuk dalam teory
nelajar Behaviorisme.
2. Teory Operant Conditioning
B.F. Skinner sebagai tokoh teori Operant conditioning berpendapat bahwa
belajar menghasilkan perubahan perilaku yang dapat diamati, sedangkan perilaku
dan belajar sering kali diubah oleh kondisi lingkungan. Teory ini berunsur pada
rangsangan, respon dan konsekuensi. Rangsangan bertindak sebagai pemancing
respon, sedangkan konsekuensi berupa tanggapan yang dapat bersifat positive
atau negative, namun keduanya saling memperkokoh satu sama lain untuk menunjang
pembelajaran.
Penelitian
tentang teory ini menunjukan bahwa perilaku seoramg peserta didik dapat diubah
melalui pengubahan respon rangsangan yang diterima dan konsekoensi yang di
alami oleh para peserta didk. Skinner berpandangan bahwa dalam proses belajar akan
ditemukan adanya hal – hal berikut :
(1) kesempatan terjadinya peristiwa yang menmbulkan respon belajar
peserta didik.
(2) respon belajar peserta didik.
(3) konsekuensi yang bersifat menguatkan respon tersebut,
Pemerkuat terjadi pada stimulus yang menguatkan konsekuensi belajar.
3. Teory Observational learning
Albert Bandura menjelaskan bahwa
belajar observasi merupakan sarana dasar untuk memperoleh perilaku baru atau
perubahan pola perilaku yang sudah dikuasai. Beliau juga menambahkan bahwa pola
pikir para peserta didik akan berubah jika melihat atau meng-observasi perilaku
orang lain dengan baik akan membawa manfaat yakni dapat menghilangkan perilaku
belajar yang salah dan mengambil pola belajar yang benar dari hasil pengamatan
peseerta didik tersebut.
Belajar
observasi biasa juga disebut social
learning karena yang menjadi obyek observasinya adalah perilaku belajar
orang lain pada umumnya. Belajar sosial mencakup perilaku yang diterima dan
diharapkan publik agar dikuasai oleh masing masing individu.
Di
dalam belajar sosial berlangsung proses belajar ada yang tidak diterima oleh
publik karena perilaku yang diterima secara sosial itu sangat bervarisasi
sesuai budaya, sub-budaya dan golongan masyarakat itu sendiri. Yang terpenting
adalah bagaimana tiap – tiap individu bisa menerima rangsangan yang timbul
akibat perbedaan budaya – budaya tersebut
B. Teory Belajar Kognitivisme
Teory
Kognitivisme mengacu pada wacana psikologi kognitif yang disukai seorang
individu dalam memproses informasi yang menganalisis secara ilmiah proses
mental dan struktur ingatan atau cognition
dalam aktivasi belajar. Cognition
dapat diartikan sebagai aktivitas mengetahui, memperoleh, mengorganisasikan dan
menggunakan pengetahuan dalam proses pembelajaran.
Kognitivisme
pun bedasarkan pada proses pemikiran dibalik perilakau. Perubahan – perubahan
yang diamati dan digunakan sebagai indikator dalam keterkaitannya pada apa yang
terjadi dalam proses pemikiran pembelajaran.
Kelompok
teori kognitif seperti: Maslow
dan Gardner beranggapan bahwa
belajar adalah pengorganisasian aspek-aspek kognitif dan perseptual untuk
memperoleh pemahaman. Dalam model ini tingkah laku seseorang ditentukan oleh
persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan dan
perubahan tingkah laku sangat dipengaruhi oleh proses berfikir internal yang
terjadi selama proses belajar.
Prinsip-prinsip
teori kognitifisme yaitu belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman yang
tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku. Teori ini menekankan pada
gagasan bahwa bagian-bagian suatu situasi saling berhubungan dengan kontek
situasi secara keseluruhan. Yang termasuk dalam kelompok teori ini adalah (1) teori
perkembangan kognitif, (2) teori kognisi sosial, dan (3) teory pempropsesan
informasi
1. Teory Perkembangan Kognitif
Teory
ini dikemukakan oleh Jean Piaget,
yang memandang individu sebagai struktur kognitif, para mental, skema atau
jaringan konsep guna memahami dan menanggapi pengalamannya dalam berinteraksi
dengan lingkungan. Pandangan Piaget mempunyai pokok pemikiran penting yakni,
Perilaku, Struktur Kognitif, Fungsi Asimilasi – Akomodasi, dan tuntutan
lingkugan.
Individu
bereaksi pada lingkungan melalui upaya mengasimilasikan berbagai informasi ke
dalam struktur kognitifnya. Dalam proses asimilasi, perilaku individu diperintah
struktur kognitifnya. Waktu mengakomodasikan lingkungan, struktur kognitifnya
diubah lingkungan. Asimilasi ditempuh ketika individu menyatukan informasi baru
ke perbendaharaan informasinya yang sudah dimiliki atau diketahuinya kemudian
menggantikannya dengan informasi yang terbaru (long-term memory). Ingatan jangka panjang yang terorganisasikan
inilah yang diartikan sebagai struktur kognitif. Struktur kognitif berisi
sejumlah codding yang mengandung segi – segi intelek yang mendasari penetapan tahap
– tahap perkembanagn kognitif. Pandangan Piaget :
1) Sensoriotor Inteligence
( lahir s.d. usia 2 tahun ) ; perilaku terikat pada panca inddra dan gerak motorik. Bayi belum mampu berpikir
konseptual namun perkembangan kignitifnya
dapat diamati
2) Preoperation thought
( 2 - 7 tahun ): tampak kemampuan berbahasa, berkembang pesat penguasaan konsep.
Bayi belum mampu berpikir konseptual namun perkembangan
kignitifnya dapat diamati.
3) Concrete Operation
( 7 – 11 tahun ):berkembang daya mampu anak berpikir logis unutuk memcahkan masalah kongkrit, Konsep
dasra enda, jumlah waktu, ruang, an kaulitas.
4) Formal Operation
(11 – 15 tahun ) kecakapan kognitif mencapai puncak perkembanagan
Proses
kognitif sebagai mediator penting dalam mengaitkan pengalamn lingkungan dengan
perilaku oeserta didik. Sementara itu yang lebih penting adalah pikiran
dipandang sebagai mediator hubungan lingkungan dengan perilaku. Oleh karena itu
pikiran sebagai pusat fokus sentral perkembangan lebih daripada perilaku utama
peserta didik
2. Teory Kognisi Sosial
Teory
ini dikembangkan oleh L.S. Vygotski,
yang didasari oleh pemikiran bahwa budaya berperan penting dalam proses
pembelajaran seseorang. Budaya adalah penentu perkembangan, tiap individu
berkembang dalam konteks budaya sehingga proses belajar individu yang dipengaruhi
oleh lingkungan terutama budaya di dalam keluarga.
Vygotski
menegaskan bahwa perkembangan kognisi sosial peserta didik akan terjadi dalam
tempat yang bebas dari kehidupan sosial karena pengaruh sosial terhadap perkembangan
kognitif dan peranan pengajaran itu sangat mempengaruhi perkembangan perilaku
peserta didik
3. Teory Pemprosesan Informasi
Studi
pembelajaran pemerolehan informasi peserta didik berkenaan dengan proses dasar
seperti persepsi, perhatian, ingatan, dan berpikir dalam memaknai suatu
informasi yang diperolehnya di lingkungan.
Berdasarkan
temuan riset Psikologi, kajian belajar teori ini berpusat pada proses pembelajaran
dan cara menggambarkan suatu ondividu dalam memanipulasi simbol – simbol tertentu
untuk memproses suatu informasi yang diperolehnya.
Model
belajar pemprosesan informasi ini sering pula disebut model kognitif
information processing, karena dalam proses pembelajarannya tersedia tiga saraf
struktural sistem informasi, yaitu :
1) Sensory atau intake
register : informasi masuk ke sistem melalui memory register, tetapi hanya disimpan untuk periode waktu
terbatas.
2) Working Memory :
operasi pola berpikir sedang berlangsung (bekerja) dengan secara sadar di dalam sistem kognitif
3) Long-term memory :
sistem kognitif yang berfungsi untuk menampung seluruh informasi yang sudah dimiliki peserta didk yang tidak terbatas
kapasitatnya
C. Teory Belajar Kontruktivisme
Konsep
dasar belajar menurut teory ini adalah pengetahuan baru akan dikonstruksi
sendiri oleh peserta didik secara aktif berdsarakan pengetahuan yang telah
diperoleh sebelumnya. Pendekatannya didasari oleh kenyataan bahwa tiap individu
mempunyai kemampuan untuk mengkontruksi kembali pengalaman yang dimilikintya.
Teory
ini dapat dikatakan sebagai suatu teknik pembelajaran yang melibatkan peserta
didik untuk membina sendiri secrara aktif dengan menggunakan pengetahuan yang
telah ada dan dibina dalam diri mereka masing – masing. Perserta didik akan
mengaitkan materi pembelajaran baru debgan materi pembelajaran lama yang telah
dikuasainya.
Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat
generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Beda
dengan aliran behavioristik yang memahami hakikat belajar sebagai kegiatan yang
bersifat mekanistik antara stimulus respon, kontruktivisme lebih memahami
belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan
memberi makna pada pengetahuannya sesuai dengan pengalamanya.
Konstruktivisme sebenarnya bukan
merupakan gagasan yang baru, apa yang
dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan
pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih
dinamis. Pendekatan konstruktivisme mempunyai beberapa konsep umum seperti :
(2) Dalam konteks pembelajaran, pelajar
seharusnya membina sendiri pengetahuan mereka.
(3) Pentingnya membina pengetahuan secara
aktif oleh pelajar sendiri melalui proses saling
mempengaruhi antara pembelajaran
terdahulu dengan pembelajaran terbaru.
(4) Unsur terpenting dalam teori ini ialah seseorang
membina pengetahuan dirinya secara aktif
dengan cara membandingkan informasi baru dengan
pemahamannya yang sudah ada.
(5) Ketidakseimbangan merupakan faktor motivasi pembelajaran yang
utama. Faktor ini berlaku apabila
seorang pelajar menyadari gagasan-gagasannya tidak konsisten atau sesuai dengan pengetahuan ilmiah.
(6) Bahan pengajaran yang disediakan perlu
mempunyai perkaitan dengan pengalaman pelajar
untuk menarik minat pelajar.
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa
menurut teori belajar konstruktivisme, pengetahuan tidak dapat dipindahkan
begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa. Artinya, bahwa siswa harus
aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan
kognitif yang dimilikinya. Dengan kata lain, siswa tidak diharapkan sebagai
botol-botol kecil yang siap diisi dengan berbagai ilmu pengetahuan sesuai
dengan kehendak sang guru pembimbing.
Sehubungan dengan hal di atas, Tasker mengemukakan tiga
penekanan dalam teori belajar konstruktivisme sebagai berikut. Pertama adalah
peran aktif siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna. Kedua
adalah pentingnya membuat kaitan antara gagasan dalam pengkonstruksian secara
bermakna. Ketiga adalah mengaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang
diterima..
Pembelajaran kontruktuvisme
merupakan pembelajaran yang cukup baik dimana siswa dalam pembelajaran terjun
langsung tidak hanya menerima pelajaran yang pasti seperti pembelajaran behavioristik.
Misalnya saja pada pelajaran pkn, tentang tolong menolong dan siswa di tugaskan
untuk terjun langsung dan terlibat mengamati suatu lingkungan bagaimana sikap
tolong menolong terbangun. Dan setelah itu guru memberi pengarahan yang lebih
lanjut. Siswa lebih mamahami makna ketimbang konsep
D. Teory Belajar Humanisme
Kajian
konsep dasar teory ini didasarkan pada pemikiran bahwa belajar merupakan
kegiatan yang dilakukan seseorang dalam upayanya memenuhi kebutuhan hidupnya.
Setiap manusia memiliki kebutuhan dasar akan kehangatan, penghargaan,
penerimaan, pengagungan dan cinta kasih dari orang lain. Dalam proses pembelajaran,
kebutuhan - kebutuhan tersebut sangat perlu diperhatikan agar peserta didik
tidak merasa dikecewakan. Apabila peserta didik merasa upaya pemenuhan
kebutuhannya terabaiakan maka besar kemungkinan didalam dirinya tidak akan
tumbuh motivasi berprestasi dalam belajarnya.
Humanisme
lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia. Pendekatan ini
melihat kejadian yaitu bagaimana manusia membangun dirinya untuk melakukan
hal-hal yang positif. Kemampuan bertindak positif ini yang disebut sebagai potensi
manusia dan para pendidik yang beraliran humanisme biasanya memfokuskan
pengajarannya pada pembangunan kemampuan positif ini.Kemampuan positif disini
erat kaitannya dengan pengembangan emosi positif yang terdapat dalam domain
afektif. emosi adalah karakterisitik yang sangat kuat yang nampak dari para
pendidik beraliran humanisme.
1. ABRAHAM MASLOW
Maslow
mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan
yang bersifat hirarkis. Menurut Maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan
atau hirarki, adapun hirarki kebutuhan tersebut adalah
1. Kebutuhan aktualisasi diri
2. Kebutuhan untuk dihargai
3. Kebutuhan untuk dicintai dan
disayangi
4. Kebutuhan akan rasa tenteram
dan aman
5. kebutuhan fisiologi/dasar
2. ARTHUR COMBS
Guru
tidak bisa memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan
kehidupan siswa. Guru harus memahami perilaku siswa dengan mencoba memahami
dunia persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru
harus berusaha merubah keyakinan atau pandangan siswa yang ada. Combs
memberikan lukisan persepsi diri dan dunia seseorang seperti dua lingkaran
(besar dan kecil) yang bertitik pusat pada satu yaitu lingkaran kecil dan
lingkaran besar.
3. CARL ROGER
Carl
Rogers adalah seorang psikolog humanisme yang menekankan perlunya sikap saling
menghargai dan tanpa prasangka dalam membantu individu mengatasi
masalah-masalah kehidupannya. Menurut Rogers yang terpenting dalam proses
pembelajaran adalah pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dan
pembelajaran serta juga sejumlah penerapan teory humanisme dalam proses
pembelajaran.
Teori
humanisme merupakan konsep belajar yang lebih melihat pada sisi perkembangan
kepribadian manusia. Berfokus pada potensi manusia untuk mencari dan menemukan
kemampuan yang mereka punya dan mengembangkan kemampuan tersebut. Teori
humanisme ini cocok untuk diterapkan pada materi-materi pembelajaran yang
bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis
terhadap fenomenasosial Psikologi humanisme memberi perhatian atas guru sebagai
fasilitator.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar