Minggu, 15 April 2012

TEORI PEMBELAJARAN

TEORI - TEORI PEMBELAJARAN  

            Pendidikan adalah aspek universal yang mempunyai tujuan instruksional sebagai tujuan yang menggambarkan pengetahuan, kemampuan, dan sikap yang harus dimiliki oleh peserta didik sebagai akibat dari hasil pembelajaran yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku (behavior) yang dapat diamati dan diukur, yang selalu harus ada dalam kehidupan manusia. Tanpa adanya pendidikan manusia tidak akan pernah mendapatkan kebudayaan, jika tanpa kebudayaan, kehidupan manusia tentu tidak akan mengarah kepada kehidupan statis, namun akan hidup secara dinamis, bahkan bisa mengalami kemunduran yang berujung pada kepunahan. Oleh karena itu, pendidikan merupakan suatu fakta yang tidak dapat terbantahkan dan sangat berpengaruh bagi kehidupan manusia.

            Esensi pendidikan itu sendiri adalah bagaimana cara kita untuk menciptakan sebuah kehidupan yang lebih baik yang tercipta dari proses pendidikan yang konseptual  dan mampu menyerap aspirasi zaman modern ini dengan tepat dan sesuai. Dari sekian banyak teory yang dikeluarkan oleh para ilmuwan dan teoretikus pendidikan, tentu saja akan terjadi falsifikasi teory yang menuntut kearifan untuk menilai dan mengimplikasikannya serta menggunakannya. Dari kebanyakan teory tersebut, kita tidak usah bingung dengan metode dan model apa yang akan kita gunakan tapi pikirkanlah bagaimana cara kita untuk menyampaikan materi dengan baik dan dapat dipahami oleh para pesrerta didik.

            Seiring berjalannya waktu dan semakin pesatnya tingkat intelektual manusia, dimensi – dimensi pendidikan pun menjadi semakin kompleks dan tentu membutuhkan sebuah desain pendidikan yang tepat dan sesuai dengan kondisinya. Oleh karena itulah berbagai teory, metode, dan desain pembelajaran ( teory - teory Pembelajaran ) itu pun dibuat dan diciptakan yang bertujuan untuk mengapresiasikan keberagaman pendidikan manusia yang semakin intelektual dalam berpikir.
  
Pengertian dan Prinsip Belajar
 - Pengertian belajar
            Mendengar kata belajar biasanya terkait dengan kata sekolah. Padahal seharusnya belajar tidak harus dibatasi dengan sekolah, belajar dapat terjadi di mana-mana, kapan saja dan apa saja.
            Dalam pengertian yang sangat luas, Anita E. Woolfolk menegaskan bahwa belajar terjadi ketika pengalaman menyebabkan suatu perubahan pengetahuan dan perilaku yang relative permanent pada individu. Abin Syamsudin mendefinisikan bahwa belajar adalah perbuatan yang menghasilkan perubahan perilaku dan pribadi.
            Dari semua definisi, sebenarnya ada empat kata kunci di balik definisi kata belajar, yaitu perubahan, pengetahuan, perilaku-pribadi, pemanen, dan pengalaman. Jika dirumuskan secara komperhensif bahwa belajar merupakan aktivitas dan pengalaman yang menghasilkan perubahan pengetahuan, perilaku dan pribadi yang bersifat permanen. Perubahan itu dapat bersifat penambahan atau pengayaan pengetahuan, perilaku atau kepribadian. Mungkin juga dapat bersifat pengurangan atau reduksi pengetahuan, perilaku atau kepribadian yang tidak dikehendaki.
            Di samping itu ada sejumlah karakteristik perbuatan belajar yang perlu diketahui, yang pertama perubahan yang terjadi harus bertujuan intensional, kedua perubahan itu bersifat positif, ketiga perubahan itu harus benar-benar hasil pengalaman, dan yang keempat perubahan itu bersifat efektif. Pada dasarnya kalau lebih dispesifikasikan, bahwa perubahan yang dihasilkan dari belajar itu adalah pengetahuan atau perilaku atau pribadi individu.

- Prinsip belajar
            Prinsip belajar adalah konsep-konsep yang harus diterapkan didalam proses belajar mengajar . Seorang guru akan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik apabila ia dapat menerapkan cara mengajar yang sesuai dengan prinsip-prinsip orang belajar. Dengan kata lain supaya dapat mengotrol sendiri apakah tugas-tugas mengajar yang dilakukannya telah sesuai dengan prinsip-prinsip belajar maka guru perlu memahami prinisp-prinsip belajar itu.
            Ada banyak teori-teori belajar, setiap teori memiliki konsep atau prinsip sendiri tentang belajar dan pembelajaran . Berdasarkan perbedaan sudat pandang ini maka tercipta bermacam – macam teori belajar yang di antaranya adalah teory Behaviorisme, Kognitivisme, Konstuktivisme, dan Humanisme

A. Teory Belajar Behaviorisme
            Teory belajar behaviorisme mempunyai landasan dasar belajar pada perubahan – perubahan tingkah laku yang bisa diamati dan memfokuskan diri pada sebuah pola perilaku baru yang diulangi sampai ia menjadi pola perilaku yang automatis.
            Menurut kelompok teori behaviorisme seperti: ivan pavlov dan skuinnes beranggapan bahwa manusia sangat dipengaruhi oleh kejadian-kejadian di dalam lingkungannya yang akan memberikan pengalaman-pengalaman belajar baru. Teori behaviorisme ini sangat menekankan pada apa yang dapat dilihat yaitu tingkah laku dan tidak memperhatikan apa yang terjadi di dalam fikiran manusia itu karena sebagai akibat dari rangsangan yang diterapkan lingkungan kepada peserta didik yang merupakan kebiasaan yang harus dipelajari.
            Behaviorisme merupakan salah satu cara materi pembelajaran psikologi tentang hakokat belajar yang terbagi menjadi 3 materi pokok pembelajaran yakni : (1) teori Responded conditioning, (2) Operant Conditioning, dan (3) Observational Learning.
           
1.  Teori Responded Conditioning
            Teori belajar Responded Conditioning diperkenalakan oleh ivan pavlov, yang didasarkan pada pemikiran bahwa perilaku atau tingkah laku merupakan respon yang dapat diamati dan diramalkan. Guy. R. Lefrancola menjelaskan bahwa pada kondisi tertentu (stimuli atau rangsangan) dapat mempengaruhi individu dan membawanya ke arah perilaku yang diharapkan. Keterpakuannya pada perilaku yang aktual dan dapat diamati menjadikan teri ini masuk dalam teory nelajar Behaviorisme.

2. Teory Operant Conditioning
            B.F. Skinner sebagai tokoh teori Operant conditioning berpendapat bahwa belajar menghasilkan perubahan perilaku yang dapat diamati, sedangkan perilaku dan belajar sering kali diubah oleh kondisi lingkungan. Teory ini berunsur pada rangsangan, respon dan konsekuensi. Rangsangan bertindak sebagai pemancing respon, sedangkan konsekuensi berupa tanggapan yang dapat bersifat positive atau negative, namun keduanya saling memperkokoh satu sama lain untuk menunjang pembelajaran.
            Penelitian tentang teory ini menunjukan bahwa perilaku seoramg peserta didik dapat diubah melalui pengubahan respon rangsangan yang diterima dan konsekoensi yang di alami oleh para peserta didk. Skinner berpandangan bahwa dalam proses belajar akan ditemukan adanya hal – hal berikut :
(1)  kesempatan terjadinya peristiwa yang menmbulkan respon belajar peserta didik.
(2)  respon belajar peserta didik.
(3)  konsekuensi yang bersifat menguatkan respon tersebut, Pemerkuat terjadi pada stimulus yang menguatkan konsekuensi belajar.

3. Teory Observational learning
            Albert Bandura menjelaskan bahwa belajar observasi merupakan sarana dasar untuk memperoleh perilaku baru atau perubahan pola perilaku yang sudah dikuasai. Beliau juga menambahkan bahwa pola pikir para peserta didik akan berubah jika melihat atau meng-observasi perilaku orang lain dengan baik akan membawa manfaat yakni dapat menghilangkan perilaku belajar yang salah dan mengambil pola belajar yang benar dari hasil pengamatan peseerta didik tersebut.
            Belajar observasi biasa juga disebut social learning karena yang menjadi obyek observasinya adalah perilaku belajar orang lain pada umumnya. Belajar sosial mencakup perilaku yang diterima dan diharapkan publik agar dikuasai oleh masing masing individu.
            Di dalam belajar sosial berlangsung proses belajar ada yang tidak diterima oleh publik karena perilaku yang diterima secara sosial itu sangat bervarisasi sesuai budaya, sub-budaya dan golongan masyarakat itu sendiri. Yang terpenting adalah bagaimana tiap – tiap individu bisa menerima rangsangan yang timbul akibat perbedaan budaya – budaya tersebut

B. Teory Belajar Kognitivisme
            Teory Kognitivisme mengacu pada wacana psikologi kognitif yang disukai seorang individu dalam memproses informasi yang menganalisis secara ilmiah proses mental dan struktur ingatan atau cognition dalam aktivasi belajar. Cognition dapat diartikan sebagai aktivitas mengetahui, memperoleh, mengorganisasikan dan menggunakan pengetahuan dalam proses pembelajaran.
            Kognitivisme pun bedasarkan pada proses pemikiran dibalik perilakau. Perubahan – perubahan yang diamati dan digunakan sebagai indikator dalam keterkaitannya pada apa yang terjadi dalam proses pemikiran pembelajaran.
            Kelompok teori kognitif seperti: Maslow dan Gardner beranggapan bahwa belajar adalah pengorganisasian aspek-aspek kognitif dan perseptual untuk memperoleh pemahaman. Dalam model ini tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan dan perubahan tingkah laku sangat dipengaruhi oleh proses berfikir internal yang terjadi selama proses belajar.
            Prinsip-prinsip teori kognitifisme yaitu belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku. Teori ini menekankan pada gagasan bahwa bagian-bagian suatu situasi saling berhubungan dengan kontek situasi secara keseluruhan. Yang termasuk dalam kelompok teori ini adalah (1) teori perkembangan kognitif, (2) teori kognisi sosial, dan (3) teory pempropsesan informasi

1. Teory Perkembangan Kognitif
            Teory ini dikemukakan oleh Jean Piaget, yang memandang individu sebagai struktur kognitif, para mental, skema atau jaringan konsep guna memahami dan menanggapi pengalamannya dalam berinteraksi dengan lingkungan. Pandangan Piaget mempunyai pokok pemikiran penting yakni, Perilaku, Struktur Kognitif, Fungsi Asimilasi – Akomodasi, dan tuntutan lingkugan.
            Individu bereaksi pada lingkungan melalui upaya mengasimilasikan berbagai informasi ke dalam struktur kognitifnya. Dalam proses asimilasi, perilaku individu diperintah struktur kognitifnya. Waktu mengakomodasikan lingkungan, struktur kognitifnya diubah lingkungan. Asimilasi ditempuh ketika individu menyatukan informasi baru ke perbendaharaan informasinya yang sudah dimiliki atau diketahuinya kemudian menggantikannya dengan informasi yang terbaru (long-term memory). Ingatan jangka panjang yang terorganisasikan inilah yang diartikan sebagai struktur kognitif. Struktur kognitif berisi sejumlah codding yang mengandung segi – segi intelek yang mendasari penetapan tahap – tahap perkembanagn kognitif. Pandangan Piaget         :

1)         Sensoriotor Inteligence ( lahir s.d. usia 2 tahun ) ; perilaku terikat pada panca inddra    dan gerak motorik. Bayi belum mampu berpikir konseptual namun perkembangan           kignitifnya dapat diamati
2)         Preoperation thought ( 2 - 7 tahun ): tampak kemampuan berbahasa, berkembang      pesat    penguasaan konsep. Bayi belum mampu berpikir konseptual namun   perkembangan kignitifnya dapat diamati.
3)         Concrete Operation ( 7 – 11 tahun ):berkembang daya mampu anak berpikir logis       unutuk memcahkan masalah kongkrit, Konsep dasra enda, jumlah waktu, ruang, an kaulitas.
4)         Formal Operation (11 – 15 tahun ) kecakapan kognitif mencapai puncak         perkembanagan

            Proses kognitif sebagai mediator penting dalam mengaitkan pengalamn lingkungan dengan perilaku oeserta didik. Sementara itu yang lebih penting adalah pikiran dipandang sebagai mediator hubungan lingkungan dengan perilaku. Oleh karena itu pikiran sebagai pusat fokus sentral perkembangan lebih daripada perilaku utama peserta didik

2. Teory Kognisi Sosial
            Teory ini dikembangkan oleh L.S. Vygotski, yang didasari oleh pemikiran bahwa budaya berperan penting dalam proses pembelajaran seseorang. Budaya adalah penentu perkembangan, tiap individu berkembang dalam konteks budaya sehingga proses belajar individu yang dipengaruhi oleh lingkungan terutama budaya di dalam keluarga.
            Vygotski menegaskan bahwa perkembangan kognisi sosial peserta didik akan terjadi dalam tempat yang bebas dari kehidupan sosial karena pengaruh sosial terhadap perkembangan kognitif dan peranan pengajaran itu sangat mempengaruhi perkembangan perilaku peserta didik

3. Teory Pemprosesan Informasi
            Studi pembelajaran pemerolehan informasi peserta didik berkenaan dengan proses dasar seperti persepsi, perhatian, ingatan, dan berpikir dalam memaknai suatu informasi yang diperolehnya di lingkungan.
            Berdasarkan temuan riset Psikologi, kajian belajar teori ini berpusat pada proses pembelajaran dan cara menggambarkan suatu ondividu dalam memanipulasi simbol – simbol tertentu untuk memproses suatu informasi yang diperolehnya.
            Model belajar pemprosesan informasi ini sering pula disebut model kognitif information processing, karena dalam proses pembelajarannya tersedia tiga saraf struktural sistem informasi, yaitu        :

1)         Sensory atau intake register : informasi masuk ke sistem melalui memory register,        tetapi hanya disimpan untuk periode waktu terbatas.
2)         Working Memory : operasi pola berpikir sedang berlangsung (bekerja) dengan secara sadar di dalam sistem kognitif
3)         Long-term memory : sistem kognitif yang berfungsi untuk menampung seluruh   informasi yang sudah dimiliki peserta didk yang tidak terbatas kapasitatnya
             
C. Teory Belajar Kontruktivisme
            Konsep dasar belajar menurut teory ini adalah pengetahuan baru akan dikonstruksi sendiri oleh peserta didik secara aktif berdsarakan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya. Pendekatannya didasari oleh kenyataan bahwa tiap individu mempunyai kemampuan untuk mengkontruksi kembali pengalaman yang dimilikintya.
            Teory ini dapat dikatakan sebagai suatu teknik pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk membina sendiri secrara aktif dengan menggunakan pengetahuan yang telah ada dan dibina dalam diri mereka masing – masing. Perserta didik akan mengaitkan materi pembelajaran baru debgan materi pembelajaran lama yang telah dikuasainya.
            Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Beda dengan aliran behavioristik yang memahami hakikat belajar sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik antara stimulus respon, kontruktivisme lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan memberi makna pada pengetahuannya sesuai dengan pengalamanya.
            Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis. Pendekatan konstruktivisme mempunyai beberapa konsep umum seperti       :
(1)  Pelajar aktif membina pengetahuan berasaskan pengalaman yang sudah ada.
(2) Dalam konteks pembelajaran, pelajar seharusnya membina sendiri pengetahuan mereka.
(3) Pentingnya membina pengetahuan secara aktif oleh pelajar sendiri melalui proses saling   mempengaruhi antara pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran terbaru.
(4) Unsur terpenting dalam teori ini ialah seseorang membina pengetahuan dirinya secara aktif dengan cara membandingkan informasi baru dengan pemahamannya yang sudah ada.
(5) Ketidakseimbangan merupakan faktor motivasi pembelajaran yang utama. Faktor ini berlaku apabila seorang pelajar menyadari gagasan-gagasannya tidak konsisten atau sesuai dengan pengetahuan ilmiah.
(6) Bahan pengajaran yang disediakan perlu mempunyai perkaitan dengan pengalaman pelajar untuk menarik minat pelajar.

            Sebagaimana telah dikemukakan bahwa menurut teori belajar konstruktivisme, pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa. Artinya, bahwa siswa harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya. Dengan kata lain, siswa tidak diharapkan sebagai botol-botol kecil yang siap diisi dengan berbagai ilmu pengetahuan sesuai dengan kehendak sang guru pembimbing.
            Sehubungan dengan hal di atas, Tasker mengemukakan tiga penekanan dalam teori belajar konstruktivisme sebagai berikut. Pertama adalah peran aktif siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna. Kedua adalah pentingnya membuat kaitan antara gagasan dalam pengkonstruksian secara bermakna. Ketiga adalah mengaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang diterima..
            Pembelajaran kontruktuvisme merupakan pembelajaran yang cukup baik dimana siswa dalam pembelajaran terjun langsung tidak hanya menerima pelajaran yang pasti seperti pembelajaran behavioristik. Misalnya saja pada pelajaran pkn, tentang tolong menolong dan siswa di tugaskan untuk terjun langsung dan terlibat mengamati suatu lingkungan bagaimana sikap tolong menolong terbangun. Dan setelah itu guru memberi pengarahan yang lebih lanjut. Siswa lebih mamahami makna ketimbang konsep

D. Teory Belajar Humanisme
            Kajian konsep dasar teory ini didasarkan pada pemikiran bahwa belajar merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang dalam upayanya memenuhi kebutuhan hidupnya. Setiap manusia memiliki kebutuhan dasar akan kehangatan, penghargaan, penerimaan, pengagungan dan cinta kasih dari orang lain. Dalam proses pembelajaran, kebutuhan - kebutuhan tersebut sangat perlu diperhatikan agar peserta didik tidak merasa dikecewakan. Apabila peserta didik merasa upaya pemenuhan kebutuhannya terabaiakan maka besar kemungkinan didalam dirinya tidak akan tumbuh motivasi berprestasi dalam belajarnya.
           
            Humanisme lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia. Pendekatan ini melihat kejadian yaitu bagaimana manusia membangun dirinya untuk melakukan hal-hal yang positif. Kemampuan bertindak positif ini yang disebut sebagai potensi manusia dan para pendidik yang beraliran humanisme biasanya memfokuskan pengajarannya pada pembangunan kemampuan positif ini.Kemampuan positif disini erat kaitannya dengan pengembangan emosi positif yang terdapat dalam domain afektif. emosi adalah karakterisitik yang sangat kuat yang nampak dari para pendidik beraliran humanisme.

1. ABRAHAM MASLOW
            Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarkis. Menurut Maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hirarki, adapun hirarki kebutuhan tersebut adalah

1. Kebutuhan aktualisasi diri
2. Kebutuhan untuk dihargai
3. Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi
4. Kebutuhan akan rasa tenteram dan aman
5. kebutuhan fisiologi/dasar

2. ARTHUR COMBS
            Guru tidak bisa memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan siswa. Guru harus memahami perilaku siswa dengan mencoba memahami dunia persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru harus berusaha merubah keyakinan atau pandangan siswa yang ada. Combs memberikan lukisan persepsi diri dan dunia seseorang seperti dua lingkaran (besar dan kecil) yang bertitik pusat pada satu yaitu lingkaran kecil dan lingkaran besar.

3. CARL ROGER
            Carl Rogers adalah seorang psikolog humanisme yang menekankan perlunya sikap saling menghargai dan tanpa prasangka dalam membantu individu mengatasi masalah-masalah kehidupannya. Menurut Rogers yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran serta juga sejumlah penerapan teory humanisme dalam proses pembelajaran.
            Teori humanisme merupakan konsep belajar yang lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia. Berfokus pada potensi manusia untuk mencari dan menemukan kemampuan yang mereka punya dan mengembangkan kemampuan tersebut. Teori humanisme ini cocok untuk diterapkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomenasosial Psikologi humanisme memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar